Bagian II Sejarah Editing Film : Luis Bunnuel (Visual Discontinuity)

Ekspresionisme, surrealisme dan psikoanalisa merupakan teori yang berkembang dan mempengaruhi para seniman di era 1920-an. Salvador Dali dan Luis Bunuel awalnya menggunakan film sebagai pengganti kanvasnya, namun mereka melihat keberbedaan media ini dan mencoba membuat unsur penceritaannya. Seperti Dziga Vertov, mereka juga melawan pola penceritaan klasik ala Griffith dalam filmnya. Juga bereaksi seperti Eisenstein, Bunuel menggunakan dialektika serta kontrapung pada penyambungan shot-shotnya. Selain itu dia Bunuel mencoba menghancurkan pemaknaan dalam film dan sering menyelingi filmnya dengan adegan-adegan yang mengejutkan. Dalam film Un Chien Andalou, saat adegan di malam hari, tokoh diteras sedang melihat awan yang melintasi bulan purnama, disambung dengan mata seorang perempuan yang disayat pisau cukur. Juga ketika tokoh lelaki ingin mendekati tokoh perempuan, tiba-tiba saja di pundaknya terikat kuat tali yang terikat kuat pada piano yang di atasnya terdapat dua keledai mati.

Yang terpenting dalam filmnya adalah menyuguhkan puncak-puncak ketidaksingkronan visual. Tentu saja pola editing klasik seperti Griffith telah dikubunya dalam-dalam sebab yang jelas digunakannya adalah aspek visual yang tidak memiliki kesatuan (disassociation visual). Konsekuensinya, metode ini memperluas pilihan pembuat film dengan cara menciptakan pengertiannya sendiri, mengganggu, merampas makna, juga mengubur pengetahuan dari penontonnya.

Bunuel juga menawarkan alternatif pengembangan penceritaan, yaitu :

  • Penggantian karakter dengan karakter lain
  • Menawarkan plot non-linear
  • Mengaburkan tujuan (goal) dari tokohnya

Hal ini membuat penontonnya frustasi, namun mereka setidak mereka bisa mendapatkan pengalaman yang berbeda dari sebelumnya.

Published by Kusen Dony Hermansyah

amateur filmmaker, amateur photographer and part-time poet

Leave a comment