Bagian II Sejarah Editing Film : Montage Rusia – Alexander Dovzhenko (Editing With Visual Association)


Pada konsep intellectual montage-nya, Eisenstein dengan sangat bebas menyambung dua gambar untuk menyampaikan ide tentang seseorang, kelas sosial bahkan peristiwa sejarah. Kebebasan ini mirip dengan apa yang dilakukan Vertov yang senang memainkan ‘bentrokan’ antara realita dengan ilusi di dalam filmnya. Sedangkan Alexander Dovzhenko, pembuat film dari Ukraina ini tidak bertujuan membuat film dengan penceritaan yang ‘lurus’ ataupun sebuah gagasan dokumenter seperti Vertov.

Film-filmnya lebih menyerupai puisi visual dibanding hanya rangkaian gambar yang disambung dan diberi makna ataupun dipaksakan bermakna. Dalam film Zemlya (Earth), walaupun latar ceritanya adalah perjuangan kelas antara petani kelas menengah dengan petani miskin, namun sesungguhnya ide film ini adalah tentang kesinambungan antara hidup dan mati. Ceritanya sendiri tidak terlalu jelas karena banyaknya penggunaan visualisasi yang maknanya tidak harfiah, sehingga menyebabkan interpretasi dari penontonnya seringkali berbeda. Film ini sendiri diawali dengan rangkaian foto (gambar diam), yaitu :

  • Suasana pedusunan yang tenang dengan komposisi visual yang bagus.
  • Seorang gadis dan bunga liar.
  • Seorang petani dan sapi jantannya.
  • Lelaki di sebuah kebun apel.
  • Seorang gadis yang sedang menyabit gandum
  • Seorang pemuda yang mengisi hidupnya dengan kegembiraan.

Urutan dan penyambungan gambar-gambar ini tidak jelas arah kesinambungannya, namun asosiasi visual ini justru memberi gambaran sebuah pola-pola kehidupan pedesaan yang tenang dan sentausa. Benar saja, ceritanya justru dimulai dari sebuah adegan lelaki tua yang sedang menghadapi kematian namun dikelilingi banyak sekali buah apel, di mana adegan ini sangatlah tidak alami. Banyak pengamat film mengatakan bahwa apa yang dilakukan oleh Dovzhenko ini adalah sebuah kontrapung (istilah ini diambil dari teori musik yang berarti nada-nada yang disusun secara berlawanan). Dovzhenko menyusun serta membenturkan elemen-lemen visual film dan editingnya yang menggambarkan tentang hidup dan mati.

Penyambungannya sendiri tidak secara langsung diarahkan pada naratifnya sebab apa yang dilakukannya adalah untuk memperlihatkan bahwa hidup akan terus berjalan walaupun kematian terus terjadi. Kehadiran banyak buah apel dalam shot-shotnya, memuluskan rasa kehilangan dalam filmnya dan mengintrodusir ide-ide puitik tentang kematian. Aspek puitiknya ini mencoba memparalelkan antara hidup yang terus berlangsung dengan kebencian akan kematian. Orang tua yang sedang menghadapi kematian tersebut ikhlas menyatu lagi dengan bumi. Lelaki tua itu sadar bahwa dirinya adalah bagian dari bumi dan bumi adalah bagian dari dirinya.

Sekali lagi, editing dalam dua filmnya lebih menekankan pada asosiasi visual dibanding classical continuity (kesinambungan klasik). Seperti halnya kata dalam puisi yang tidak membentuk logika kalimat, demikian pula pola-pola visual dalam filmnya tidak difokuskan untuk membentuk logika penceritaan (naratif). Awalnya, ketiadaan continuity sangatlah membingungkan penonton, namun dengan pola yang dibangunnya secara konsisten perlahan-lahan muncul dan mulai menggantikan pola-pola editing klasik dalam filmnya. Tentu saja metode ini hanya efektif dengan caranya, sehingga tidak mungkin memaksakan penonton untuk memahaminya. Namun setidaknya apa yang ditawarkan oleh Dovzhenko merupakan sebuah alternatif dari editing dalam membentuk aspek penceritaan.

Published by Kusen Dony Hermansyah

amateur filmmaker, amateur photographer and part-time poet

Leave a comment